Cari Blog Ini

Kamis, 07 April 2011

Berawal dari Mimpi

Kadang, hidup memang lahir dari mimpi-mimpi masa lalu. Kemudian tumbuh menjadi satu kesatuan visi,ide dan kerja keras.Hingga kini aku masih hidup dengan mimpi-mimpi itu.Aku cukup menikmatinya.Kadang,tak kusadari begitu banyak mimpiku menjadi kenyataan.Aku jadi ingat syair Muhammad Iqbal:
Kau menciptakan malam
dan aku membuat pelita
Kau menciptakan tanah liat
dan aku yang membuat piala
Kau menciptakan Sahara,
gunung-gunung dan belantara
Aku membuat kebun anggur, taman-taman
Akulah yang mengubah batu menjadi cermin
Akulah yang mengubah racun
menjadi obat penawar

Aku masih hafal syair yang kukenal lebih dari 15 tahun lalu,di suatu sore di hari Jumat, di belakang pondok, di tepi kolam. Aku masih ingat bau tanah yang kupijak dan aroma air yang mengalir.Aku tak peduli dengan ujian akhir,meski kala itu aku belum membaca satu buku pun untuk persiapan.Bagiku,mimpi lebih penting dari pelajaran sekolah.

Ini adalah bahasa sayangku pada pondok Gading.Tak ada kebencian sedikit pun pada kenyataan-kenyataan yang telah menyeretku kala itu.Aku hanya ingin buktikan bahwa tanah di dusun Gading,desa Bajing itu tak hanya subur untuk pohon pisang dan ilalang.Tapi,juga amat baik untuk pohon jati dan trembesi.Kita bisa membangun ribuan rumah,gedung-gedung dan benteng perang.
Pisang hidup untuk sesaat,meskipun ia banyak beranak pianak.Ilalang tumbuh sumbur meski tak kau sirami.Namun,jati-jati ini bisa membangun peradaban untuk berabad lamanya.

Alhamdulillah,jika cambukku sudah mengenai satu pohon jati yang tumbuh berdekatan dengan pondokku.Bahkan,kutahu persis pohon jati yang tumbuh di Sampang itu bernilai tinggi.Kutahu persis jati itu salah satu keturunan jati yang paling kuat di Tanah Jawa.
Namun, tentu tak hanya jati itu sasaranku.Aku juga berusaha menyabet seluruh jati yang tumbuh di Purwokerto,Semarang,Jakarta, Ciamis,Cirebon dan semua jati yang pernah disemai di sana. Sebab aku yakin, tangkai jati-jati itu sekuat dan semulia gading-gading gajah.

Percayalah bahwa kerinduan adalah pupuk yang paling hebat untuk menumbuhkan pohon-pohon jati.Jati yang baik adalah jati yang sudah berpengalaman dengan segala musim dan cuaca.Dan,kerinduan petanilah membungkus lapisan kulitnya.

Jika ada orang yang menganggap bahwa aku hanya pandai bermain kata, maka segera kujawab, "Ya." Aku memang hanya berkata-kata.Tapi,bukankah hanya dengan kata,aku bisa menerjemahkan dan menyebarkan mimpi baikku?Bukankah dengan kata,kapal perang raksasa dapat tenggelam?Bukankah hanya dengan kata,Hirosima dan Nagasakti menjadi sirna?

GADING DIMAKAN BAJING

Inilah robohnya pondokku, gadingku. Meski di sana aku mengenal Alif, Lam &Ha. Sekadar bernyanyi bersama Abu Nawas.Lalu kulihat Al-Ghazali menari di atas air. Ibnu Rushd berenang dalam kolam tinta.Sering juga kulihat Abu Hajar menghafal ayat.Semua terasa menyejukkan dan menyenangkan.Setiap hari aku bisa bermimpi,meskipun tidur beralaskan karpet berdebu, berjamur dan berkutu.

Tapi, kini tinggal cerita. Hanya puing,ilalang dan tak ada batu permata.Hanya debu bertumpuk melilip mata.Kemana anak-anak itu?Kemana anak-anak yang membaca ayat-ayat-Nya dengan terbata-bata?Anak-anak yang menggali kolam mencipta samudra?Kemana anak-anak yang mengantri sepiring nasi dan menyulap menjadi gading-gading bertabur permata?

Mungkinkah lenyap,karena angin begitu kencang menerpa?Atau karena "sang raja" hanya mementingkan tahta?Mungkinkah rakyat jelata menggeser singgasana?Agar hasil panen tahun ini untuk kemakmuran mereka.Agar titipan nenek moyang tak hilang sia-sia.

Jangan ajarkan aku tentang Magrib,sebab sejak Subuh sudah kutunggu-tunggu.Jangan ajarkan aku tentang kesabaran,sebab aku telah mengenal kata sabar,sebelum kata itu ditemukan.

Lebih baik,ajarkan aku tentang waktu.Sebab ia adalah tamu tak diundang dan susah kubendung.Ajarkan bagaimana cara kita bertemu agar gading-gading yang pernah kita tinggalkan tak dimakan bajing.

Kutulis keluh-kesah ini untuk mengganti tidur malamku.Siapa tahu bisa membangunkan kawan-kawan yang masih terlelap tidur. Sekadar berbagi kegundahan.Dan,bila kudapati tak ada satupun yang bangun,maka kucambuk kalian dengan keluh-kesah ini 1000 kali cambukan.

Bukit Cirendeu,10 Juni 2010